profil
Abu Muhammad Ibrahim bin Teuku Banta Usman bin Teuku Banta Sulaiman bin Teuku Banta Adib bin Ampon Keujrun Manyen lahir di Peusangan, Bireuen, Aceh pada 12 September 1986. Menyelesikan MIN Peusangan pada 1998, Tsanawiyah Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar, Medan dan STM Teladan jurusan Mekanik Otomotif Medan selesai 2004. Menyelesaikan Program Bahasa dan Seni Jurusan Bahasa Inggris pada FKIP Universitas Abulyatama, Aceh pada 2010.saat ini menjadi mahasiswa program Pascasarjana Konsentrasi Pemikiran Islam IAIN Ar-Raniry. Aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII) periode: *2004-2006,Ketua Bidang pemberdayaan Masyarakat pelajar *2006-2008, Ka. Staff. Administrasi Korwil Brigade PII *2010-2012, Ka. Staff Administrasi Korpus Brigade PII.
Senin, 28 November 2011
54. Buka Pintu langit
Posted by Abu Muhammad Ibrahim on 22.24
Kamaruz berkata pada Banta: ''Ingin rasanya pintu langit
terbuka dan Tuhan datang memberitahukan sendiri hukum dari suatu perkara agama
yang membingungkan.''
Banta serius
menanggapi ekspresi Kamaruz yang serius. Dia berucap: ''Al-Qur'an dan Sunnah
cukuplah menjadi pemberi jawaban yang paling sempurna untuk semua masa dan
suasana. Persoalannya Tinggal bagaimana agar kita melihat pedoman itu sesuai
dengan yang pedoman itu maksudkan. Bukan dengan keinginan kita, tidak
mencari-cari aspek-aspek yang mendukung keinginan kita dan tidak pura-pura
tidak paham. Itu saja.''
53. Kelahiran dan Kematian Sebuah Kota
Posted by Abu Muhammad Ibrahim on 22.22
Pulang dari pasar Jungka Gajah, Kamaruz mengeluhkan pasar
itu yang semakin sepi. Dalam pembicaraan ringan itu, Banta angkat bicara:
Semua kota
berangkatnya dari sebuah pasar yang kecil. Sebuah pasar berangkat dari beberapa
warung kecil saja. Pasar menjadi semakin besar karena alasan utama posisinya
strategis dan daya beli masyarakatnya mumpuni. Strategis biasanya karena
terletak di persimpangan jalan yang dibangun banyak rumah.
Lihatlah kota
Makkah sebelum kelahiran Nabi Besara adalah tempat transit kapal-kapal dari
teluk Yaman menuju Syiria. Sebelum itu dermaga-dermaga di teluk Persia menjadi
tempat persinggahan kapal-kapal yang membawa rempah-rempah, ternak dan lainnya.
Namun seiring semakin tidak amannya Persia akibat seringnya berkcecambuk perang
antara Persia dengan Romawi, maka Mekkah menjadi alternatif.
Kondisi
demikian membuat masyarakat Madinah menjadi heterogen. Ini adalah bagian dari
rencana Allah supaya Nabi Besar dapat tumbuh dalam masyarakat yang plural
sehingga Beliau dapat mempelajari masyarakat yang majemuk dan dinamis.
Waktu kecil Nabi
mengembala domba. Sebenarnya ini untuk mendidik Yang Mulia mengelola hatinya,
pikirannya dan yang paling penting, adalah latihan bagi Beliau untuk dapat
''mengembala'' manusia. Banyak nabi sebelum Beliau juga mengembala domba
sebelum menjadi Rasul, tujuannya sama.
Kembali ke
persoalan kita, Kamaruz. Tahukah kamu bahwa di tempat yang sedang kita pijak
ini dulunya adalah pusat sebuah kerajaan yang lumayan besar?''
Kamaruz terkejut, setengah tidak percaya.
Banta melanjutkan:
Demikianlah
sebuah kota dapat musnah dalam sekejap. Bila proses pembangunannya memakan
waktu yang sangat lama, maka kehancurannya cuma butuh waktu sekejap saja.
Tidak perlu kamu
analogikan dengan datangnya banjir besar atau angin puting beliung. Konflik
beberapa tahun lalu saja membuat banyak kota kecil musnah hingga kini. Dan
tahukah kamu bahwa konflik kemarin itu belum ada apa-apanya dibandingkan
sejarah Aceh yang selalu dirundung perang.
Kamaruz mulai
mengerti. Di pikirannya terlintas beberapa perang besar yang pernah tejadi di
Aceh dalam beberapa kurun sejarah. Saat sendiri, dia berkata pada dirinya
sendiri.
''Sebelum Perang
Aceh, rakyat Aceh ada sembilan juta orang. Setelah perang tinggal tiga juta.
Tanpa perlu banyak penjelasan, pastilah Meudang Ara ini dulunya adalah begian
dari tempat yang ramai dan bahkan sebuah kota besar.''
Tidak hanya
Meudang Ara, banyak kawasan pedalaman Aceh yang kini menjadi hutan dulunya
adalah kawasan perkotaan dan pemukiman padat.
52. Antara Ingin dan Harus
Posted by Abu Muhammad Ibrahim on 22.20
Setelah duduk, merenung, terlintas sesuatu dari dalam
pikirannya yang disebut intuisi, lalu dicoba rangkai dan susun dalam bentuk
kalimat. Setelah kalimat itu dianggapnya selesai disusun, Kamaruz berlari
mencari Banta. Dia menghampirinya yang sedang asing mencangkul di pagar bagian
belakang meunasah dan langsung melemparkan kalimat yang telah dirangkainya tadi
''Berbicara
'hendak', memang sangat banyak yang hendak dilakukan. Tapi ketika 'hendak' itu
berhadapan dengan 'harus' maka hendak akan buyar, seperti gas yang beterbangan
ditelan oksigen.''
Memahami
maksud dan muasal sebab kalimat Kamaruz itu, banta menandangnya, melemparkan
sebuah senyum yang selalu membuatnya enggan kembali ke kota dan ke kampusnya.
Senyum itulah yang membuatnya bertekat bersama Banta selamanya. Lalu Banta
berkata:
Kadang sangat
banyak yang ingin kita tulis. Tapi mengingat ada hal yang harus kita tulis yang
akan berguna menyelamatkan orang banyak, tulisan yang diinginkan itu terpaksa diurungkan
hingga gagasannya hilang selama-lamanya.
Sangat banyak
pula yang ingin kita beli, ingin kita miliki, tapi keinginan itu wajib dan
harus diurungkan karena ada sesuatu yang menjadi kebutuhan dan itu sifatnya
'harus'.
Tapia masyarakat
kita sekarang tidak panda membedakan mana yang harus dan mana yang ingin.
Mereka tidak mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan sehingga menjadi
manusia konsumtif yang luar biasa gila.
Secara militer
kita telah merdeka sejak '45, tapi secara politik, ekonomi dan lainnya kita
masih dijajah. Lihatlah para mulai dari konglomerat, birokrat, pegawai,
pedagang, buruh, hingga petani mereka wajib mengeluarkan setengah
penghasilannya setiap bulan untuk membayar cicilan kendaraan, alat elektronik
dan lainnya. Sistem penjajahan sebelum '45 juga begitu, setengah hasil panen
dipungut buat penjajah.
Orang asing
sangat pandai mensituasikan supaya produk mereka laku keras di negeri kita.
Pemangku kebijakan sebisa mungkin menekan potensi dan produksi lokal. Kalau ada
orang cerdan dan produktif, jangankan difasilitasi, malah bakatnya dibunuh
supaya produksi dalam negeri tidak ada. Dengan itu kita harus terus membeli
barang produksi orang.
Kita telah
melahirkan semilyar sarjana teknik, tapi Indonesia punya pabruk sepeda motor
berapa? Pengguna sepeda motor di Indonesia berapa?
Kondisi
ekonomi masyarakat indooonesia diatur sedemikian rupa supaya kita dapat membeli
produk-produk, yang bila sejenak saja kita mau merenung, kita tidak membutuhkannya.