Pulang dari pasar Jungka Gajah, Kamaruz mengeluhkan pasar
itu yang semakin sepi. Dalam pembicaraan ringan itu, Banta angkat bicara:
Semua kota
berangkatnya dari sebuah pasar yang kecil. Sebuah pasar berangkat dari beberapa
warung kecil saja. Pasar menjadi semakin besar karena alasan utama posisinya
strategis dan daya beli masyarakatnya mumpuni. Strategis biasanya karena
terletak di persimpangan jalan yang dibangun banyak rumah.
Lihatlah kota
Makkah sebelum kelahiran Nabi Besara adalah tempat transit kapal-kapal dari
teluk Yaman menuju Syiria. Sebelum itu dermaga-dermaga di teluk Persia menjadi
tempat persinggahan kapal-kapal yang membawa rempah-rempah, ternak dan lainnya.
Namun seiring semakin tidak amannya Persia akibat seringnya berkcecambuk perang
antara Persia dengan Romawi, maka Mekkah menjadi alternatif.
Kondisi
demikian membuat masyarakat Madinah menjadi heterogen. Ini adalah bagian dari
rencana Allah supaya Nabi Besar dapat tumbuh dalam masyarakat yang plural
sehingga Beliau dapat mempelajari masyarakat yang majemuk dan dinamis.
Waktu kecil Nabi
mengembala domba. Sebenarnya ini untuk mendidik Yang Mulia mengelola hatinya,
pikirannya dan yang paling penting, adalah latihan bagi Beliau untuk dapat
''mengembala'' manusia. Banyak nabi sebelum Beliau juga mengembala domba
sebelum menjadi Rasul, tujuannya sama.
Kembali ke
persoalan kita, Kamaruz. Tahukah kamu bahwa di tempat yang sedang kita pijak
ini dulunya adalah pusat sebuah kerajaan yang lumayan besar?''
Kamaruz terkejut, setengah tidak percaya.
Banta melanjutkan:
Demikianlah
sebuah kota dapat musnah dalam sekejap. Bila proses pembangunannya memakan
waktu yang sangat lama, maka kehancurannya cuma butuh waktu sekejap saja.
Tidak perlu kamu
analogikan dengan datangnya banjir besar atau angin puting beliung. Konflik
beberapa tahun lalu saja membuat banyak kota kecil musnah hingga kini. Dan
tahukah kamu bahwa konflik kemarin itu belum ada apa-apanya dibandingkan
sejarah Aceh yang selalu dirundung perang.
Kamaruz mulai
mengerti. Di pikirannya terlintas beberapa perang besar yang pernah tejadi di
Aceh dalam beberapa kurun sejarah. Saat sendiri, dia berkata pada dirinya
sendiri.
''Sebelum Perang
Aceh, rakyat Aceh ada sembilan juta orang. Setelah perang tinggal tiga juta.
Tanpa perlu banyak penjelasan, pastilah Meudang Ara ini dulunya adalah begian
dari tempat yang ramai dan bahkan sebuah kota besar.''
Tidak hanya
Meudang Ara, banyak kawasan pedalaman Aceh yang kini menjadi hutan dulunya
adalah kawasan perkotaan dan pemukiman padat.
0 komentar:
Posting Komentar